Saturday, May 17, 2008

AKSARA SWARA & REKAN

AKSARA SWARA

Aksara Swara memiliki fungsi untuk menuliskan aksara vokal yang menjadi suku kata, terutama yang berasal dari bahasa asing, untuk mempertegas pelafalannya.

Tidak seperti aksara carakan, aksara Swara tidak dilengkapi dengan bentuk pasangan. Bentuk Aksara Swara dapat dilihat pada tabel disebelah kiri.

Penulisan Aksara Swara, memiliki aturan-aturan sebagai berikut:

  • Aksara swara tidak dapat dijadikan sebagai aksara pasangan.
  • Bila aksara swara menemui sigegan (konsonan pada akhir suku kata sebelumnya), maka sigegan itu harus dimatikan dengan pangkon.
  • Aksara swara dapat diberikan sandangan wignyan, layar, cecak, suku, wulu dan lainnya.

Untuk memperjelas aturan penulisan tersebut, contoh berikut bisa digunakan sebagai acuan dalam penggunaan Aksara Swara.

AKSARA REKAN

Perlu diakui bahwa bentuk-bentuk huruf yang ada di dalam Hanacaraka tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam penulisan kata-kata dari manca negara. Untuk itu dibuatlah aksara Rekan yang dalam perkembangannya lebih banyak dipengaruhi oleh bahasa arab, dan berfungsi untuk menuliskan aksara konsonan pada kata-kata asing yang masih dipertahankan seperti aslinya.

Aksara Rekan dalam Hanacaraka ada 5 buah, yang kesemuanya memiliki bentuk pasangan. Adapun bentuk aksara dan pasangan rekan itu digambarkan di sebelah kanan:

Dalam penulisannya, Aksara Rekan beserta pasangannya memiliki aturan sebagai berikut :

* Aksara rekan dapat menjadi pasangan
* Aksara rekan dapat diberikan pasangan
* Aksara rekan juga dapat diberikan sandangan sebagaimana aksara-aksara yang ada dalam Hanacaraka.

Contoh Penggunaan Aksara Rekan:

Tuesday, May 13, 2008

Font Hanacaraka


Untuk dapat mengetik tulisan dengan Aksara Jawa, terlebih dahulu Anda harus download Font Aksara Jawa dan jangan lupa download Totorial Cara Pengetikan di Keyboard, karena pengetikan aksara jawa ini sangat berbeda dari pengetikan huruf latin.


Installasi Hanacaraka font Pada Windows 9x/Me/2K/XP
  1. Start – Setting – Cotrol Panel – Fonts
  2. File – Install new font
  3. Cari letak file aksara jawa truetype font (han*.ttf) pada local-drive Anda.
  4. OK

Sunday, May 11, 2008

Sandhangan (Tanda Baca)

Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap aksara carakan selalu mengandung huruf vokal "a" . Nah bagaimana cara menulis kata yang mengandung vokal lain seperti i, u, e, o?. Dalam aksara jawa dikenal apa yang disebut sebagai sandangan yaitu tanda baca yang salah satu fungsinya adalah untuk mengubah bunyi vokal. Dengan kata lain, aksara yang tidak mendapat sandangan akan diucapkan sebagai gabungan anatara konsonan dan vokal a

Sandangan dapat dibagi menjadi tiga golongan yakni sebagai berikut :
  1. Sandangan Bunyi Vokal (Sandhangan Swara)
  2. Sandangan Konsonan Penutup Suku Kata (Sandhangan Panyigeging Wanda)
  3. Sandangan Gugus Konsonan
Sandhangan Swara

Sandhangan swara adalah sandhangan (tanda baca) yang berfungsi untuk merubah bunyi huruf "a" pada setiap aksara carakan menjadi bunyi vokal selain "a". Terdapat lima buah sandhangan swara, yaitu: wulu, pepet, suku, taling dan taling tarung (perhatikan tabel di sebelah kiri):
  • Wulu: tanda baca yang menyerupai bulatan kecil, ditulis di atas aksara carakan yang ber- fungsi merubah bunyi a menjadi i, seperti pada contoh kata "lidi" dan "bila" di sebelah kanan.
  • Pepet: tanda baca yang menyerupai bulatan besar, ditulis diatas aksara carakan yang berfungsi merubah bunyi a menjadi e seperti pada kata "pera", "teri" disebelah kanan.
  • Suku: tanda yang menyerupai huruf "u", ditulis di bawahkanan aksara carakan, yang berfungsi merubah bunyi a menjadi u seperti pada kata "biru", "bulu" disebelah kanan. 
  • Taling: tanda baca yang menyerupai tulisan jawa "ru", ditulis didepan aksara carakan, yang berfungsi merubah bunyi a menjadi e seperti pada kata "kere", "kece" disebelah kanan. 
  • Taling Tarung: 2 buah tanda baca yaitu taling (seperti di atas) dan tarung (menyerupai angka 2). Cara penulisannya adalah: taling ditulis didepan dan tarung ditulis di belakang aksara carakan, yang berfungsi untuk merubah bunyi menjadi o seperti pada kata "bodo", "bolu" yang tertera pada contoh. 

Sandangan Penutup Suku Kata (panyigeg wanda)


Terdapat 4  buah Sandhangan Panyigeg Wanda (penutup suku kata), yaitu layar, Wignyan, Cecek (cecak) dan pangkon, yang masing-masing meiliki fungsi sebagai berikut:
  • Layar adalah tanda baca menyerupai garis miring, ditulis di atas aksara carakan dan dipakai untuk memberikan tambahkan huruf r di akhir suku kata. seperti pada contoh kata "bakar" dan "barter" di sebelah kanan ini.
    • Wignyan adalah tanda baca menyerupai angka tiga, ditulis di belakang aksara carakan dan dipakai untuk memberikan tambahkan huruf h di akhir suku kata. seperti pada contoh kata "betah" dan "bahtera" di sebelah kanan ini.

      • Cecek adalah tanda baca menyerupai "koma terlentang", ditulis di atas aksara carakan, dan dipakai untuk memberikan tambahkan huruf ng di akhir suku kata. seperti pada contoh kata "pingpong" dan "bolong" di sebelah kanan ini.
      • Pangkon adalah tanda baca menyerupai "kursi", ditulis di belakang aksara carakan, dan dipakai untuk mematikan huruf hidup di akhir kata. seperti pada contoh kata "bapak", "macul", "angon" dan "dolan" di sebelah kanan ini.
      • Pangkon dapat juga dipakai sebagai tanda koma (pada lingsa).

        Aksara Carakan (Nglegena)

        Sebagaimana telah disebutkan di dalam pengantar, bahwa aksara carakan (nglegena) merupakan abjad dasar dalam aksara jawa, yang keseluruhannya terdiri dari 20 huruf, yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, da, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga.

        Dari 20 aksara tersebut, terdapat huruf-huruf yang serupa tetapi tidak sama, yaitu: 
        • ta dengan tha: ta dipakai seperti pada kata "telat", "temu" dll, sedangkan tha dipakai seperti pada kata "thiwul", "kanthi", "kathah", dll. 
        • da dengan dha: da dipakai seperti pada kata :dumadi", "sadewa" dll, sedangkan dha dipakai seperti pada kata "gendhewa", "dhawuh", dll.
        Silahkan dipelajari bentuk-bentuk nya, dan apabila Bapak/Ibu ingin mempelajari lebih mendalam, maka diperlukan latihan menulis secara intensif sampai benar- benar hafal bentuk, cara penulis- an dan cara penggunaannya.

        Perlu dipahami bahwa setiap aksara carakan selalu mewakili dua huruf, yaitu satu huruf mati (konsonan) dan  satu huruf hidup (vokal "a"), seperti pada aksara: ha setara dengan huruf latin h dan a; aksara na mewakili n dan a; aksara ca mewakili c dan a, dst.

        Untuk  memperjelas pemahaman tentang aksara carakan ini, pada tabel sebelah dapat diperhatikan contoh penulisan kata-kata sederhana yang murni menggunakan aksara carakan.

        Pada contoh kata baka, dalam penulisan huruf latin diperlu- kan 4 buah huruf, yaitu b-a-k-a. Sedangkan dalam tulisan aksara jawa hanya terdiri dari 2 aksara yaitu ba-ka. Begitu pula pada kata-kata lainnya memiliki penjelasan yang sama.

        Diperlukan sedikit penjelasan tambahan adalah pada kata "tanya", yang dalam tulisan latin dibutuhkan 5 huruf, yaitu t-a-n-y-a karena pada abjad latin tidak memiliki huruf ny, sedangkan dalam penulisan jawa cukup dengan dua aksara yaitu ta dan nya.

        SELAMAT BELAJAR

        Aksara Murda

        Pada aksara hanacaraka memiliki bentuk murda (hampir setara dengan huruf kapital) yang seringkali digunakan untuk menuliskan kata-kata yang menunjukkan Nama, Gelar, Nama Geografi, Lembaga Pemerintah, Badan Hukum, dll.

        Tidak semua aksara carakan memiliki bentuk Murda, karena semuanya hanya berjumlah 7 buah, seperti terlihat pada daftar Aksara Murda. Bentuk Murda dalam hanacaraka juga memiliki bentuk pasangan yang memiliki fungsi sama dengan pasangan dalam aksara carakan.

        Cara penulisan aksara murda ini hampir sama dengan penulisan aksara-aksara pokok di Hanacaraka, ditambah dengan beberapa aturan tambahan yakni :
          • Tidak dapat dipakai sebagai sigeg (konsonan penutup suku kata).
          • Bila jumpai aksara murda sebagai sigeg, maka dituliskan bentuk aksara carakan.

        • Bila dalam satu kata atau satu kalimat ditemui lebih dari satu aksara murda, maka ada dua pilihan yang dapat dirgunakan yakni dengan menuliskan aksara murda terdepan- nya saja, atau dengan menuliskan keseluruhan dari bentuk aksara mudra yang ditemui.


        Selanjutnya, untuk memperjelas mengenai tata cara penggunaannya, Anda dipersilahkan memperhatikan contoh pada tabel di atas.

        Huruf Pasangan

        Jika sebelumnya disebutkan bahwa Aksara Jawa lebih bersifat silabis (berorientasi pada suku kata), lantas bagaimana kita bisa menuliskan huruf mati?. Jawabannya adalah dengan menggunakan huruf pasangan, karena pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup (diakhiri huruf mati/konsonan) dengan suku kata berikutnya.

        Contoh sederhana dapat digambarkan pada kata "banda" yang bila dipisahkan menurut suku katanya akan menjadi "ban" dan "da". Untuk menuliskan ban ini pertama-tama adalah dengan menuliskan aksara ba dan na (terbaca "bana"), sehingga kita tidak bisa langsung menuliskan aksara da (karena akan terbaca "banada"). Untuk mematikan huruf na, maka kita harus menuliskan bentuk pasangan da.

        Seperti disebutkan di atas bahwa bentuk huruf pasangan memiliki fungsi untuk menghubungkan suku kata yang tertutup konsonan dengan suku kata berikutnya. Artinya bahwa huruf yang diikuti pasangan akan dimatikan sehingga menjadi konsonan. Pada contoh di atas aksara na diikuti pasangan da yang berarti na akan dibaca sebagai N.


        Semua aksara pokok yang ada di Carakan memiliki pasangannya masing-masing. Bentuk pasangan ini ada yang dituliskan di bawah dan ada juga yang di atas sejajar dengan aksara.


         Kembali ke Pendopo

        Aksara Jawa Carakan
        Aksara Murda (Kapital)Aksara Swara (huruf hidup)
        Sandhangan (tanda baca)

        Saturday, May 10, 2008

        Belajar Aksara Jawa

        Pengantar

        Aksara Jawa merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya, namun sayang, kini sudah mulai ditinggalkan masyarakat, bahkan oleh suku jawa sendiri. Kenyataan ini janganlah kita jadikan alasan untuk tidak turut menjaga dan melestarikan budaya yang adi luhung,dengan tetap mempelajarinya meskipun tidak harus menjadi pakar di bidang ini. Betapa bangganya kita, jika suatu saat nanti ada salah seorang Trah Kartowikromo yang mau mengambil peran aktif dalam pelestarian budaya jawa.

        Abjad dalam aksara Jawa terdiri dari 20 huruf dasar yaitu Aksara Carakan atau Aksara Nglegena, yang terdiri dari: ha na ca ra ka da ta sa wa la pa dha ja ya nya ma ga ba ta nga. Uniknya, pada setiap penulisan suku kata tertutup (yang diakhiri dengan huruf mati) diperlukan huruf pendamping atau pasangan, yakni huruf yang berfungsi untuk mengikuti huruf penutup dalam suku kata di depannya menjadi huruf mati, kecuali suku kata yang tertutup oleh wignyan, cecak dan layar (akan diuraikan pada pokok-pokok bahasan selanjutnya).

        Makna Huruf
        1. Ha Hana hurip wening suci - adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci
        2. Na Nur candra, gaib candra, - pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi
        3. Ca Cipta wening, cipta mandulu - arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
        4. Ra Rasaingsun handulusih - rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
        5. Ka Karsaningsun memayuhayuning bawana - hasrat untuk mensejahterakan dunia
        6. Da Dumadining dzat kang tanpa winangenan - menerima hidup apa adanya
        7. Ta Tatas, tutus, titis - ketelitian dalam memandang hidup
        8. Sa Sifat ingsun handulu sifatullah - membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
        9. Wa Wujud hana tan kena kinira - ilmu itu sangat terbatas tapi dampaknya bisa tanpa batas
        10. La Lir handaya paseban jati - mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
        11. Pa Papan kang tanpa kiblat - Hakekat Allah yang ada disegala arah
        12. Dha Dhuwur wekasane endek wiwitane - Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
        13. Ja Jumbuhing kawula lan Gusti - Selalu berusaha menyatu memahami kehendak-Nya
        14. Ya Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi - yakin atas titah/kodrat Illahi
        15. Nya Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki - memahami kodrat kehidupan
        16. Ma Madep mantep manembah mring Ilahi - yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
        17. Ga Guru sejati sing muruki - belajar pada guru nurani
        18. Ba Bayu sejati kang andalani - menyelaraskan diri pada gerak alam
        19. Tha Tukul saka niat - sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niatan
        20. Nga Ngracut busananing manungso - melepaskan egoisme pribadi manusia. 
        Bangsa Jawa memang dikenal angat menyukai pada hal-hal yang bersifat simbolistik. Tidaklah mengherankan jika setiap aksara dari carakan, oleh penemunya Aji Saka, diberi makna filosofis.

        Akhir kata, semoga tulisan mengenai "Belajar Aksara Jawa" ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam rangka turut menjaga dan melestarikan salah satu budaya jawa.

        Terima Kasih,
        Suwarno